Tujuh ratus
ribuan, lima hari empat malam tiga orang dua negara satu impian dan masih
banyak tempat wisata yang dikunjungi!!
Ini bukan bercanda kok.
"Akan
selalu ada jalan untuk orang yang suka jalan-jalan"
Dulu waktu aku masih kecil, impian pergi ke luar
negri hanyalah sebatas angan-angan jauh di atas khayalan. Aku terlahir dan
besar di sebuah keluarga yang menengah, tidak terlalu kaya dan terlalu miskin
tapi sangat berkecukupan dengan segala berkat yang Tuhan berikan lewat berbagai
pertolongannya. Uang tak selamanya mampu membeli kebahagiaan. Itulah pesan
moral yang sampai saat ini selalu aku pegang dari kedua orangtuaku. "Ingat
ya, segalanya memang butuh uang, tapi uang bukan segalanya." Begitu kata
orangtuaku saat itu. Dika kecil saat itu hanya terdiam tak cukup mengerti untuk
memahami sebuah kalimat singkat yang nantinya bakalan menjadi pegangan hidup.
Entah mengapa, sedari kecil aku sudah mulai
bergelut dengan yang namanya ilmu sosial terlebih geografi. Lomba IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) antar SD (Sekolah Dasar) beberapa kali aku ikuti. Entah mengapa aku merasa
punya kemampuan lebih dalam menghafal nama-nama negara, nama ibukota, nama
kota, nama mata uang, nama wilayah-wilayah terkenal, ataupun segala hal yang
berbau tentang dunia di luar sana yang hanya bisa aku pelajari lewat buku lusuh
bernama RPUL (lupa singkatannya apa) waktu itu. Mungkin ada hubungannya karena aku penikmat sepakbola
layar kaca. Dari situ aku tahu nama beberapa klub di dunia, dari aku mengambil
koran yang setiap pulang kerja dibawakan orangtuaku, aku membaca dan mengenal
sapa dengan kota lewat sepakbolanya.
Aku hanya bisa melihat dan menonton klub idolaku
Manchester United dari bingkai kecil berukuran 14 inch waktu itu. Atau aku
hanya bisa sekedar menunggu waktu terlelap sembari melihat pertandingan
sepakbola dari berbagai klub di dunia yang kebetulan ditayangkan secara gratis
di tv lokal. Tak ada uang waktu itu untuk menikmati layanan tv berbayar.
Perlahan, klub sepakbola membuat aku mengenal sedikit lebih dalam dunia luar,
dunia yang mungkin akan terus menjadi angan entah sampai kapan suatu saat akan
menerima kaki ini untuk berpijak berdiri di sana. Tuhan tidak pernah
memberitahu rencana, tapi rencana-Nya pasti yang paling tepat dengan kondisi
kita. Entah kapan.
Hari itu tepat dini hari, saat aku berteman
dengan sebuah layar laptop, koneksi wifi, dan juga segelas kopi sebagai
penghambat menutupnya mata ini dari rasa kantuk. Sebuah maskapai penerbangan
dengan taglinenya "Everyone can fly" membuat sebuah promo yang siapa
tahu dapat mewujudkan impianku selama ini terkabul. Ya impian untuk pergi ke
luar negri. Bukan berarti aku gak cinta Indonesia, tapi jika kita ingin
membenahi dan tahu kesalahan di dalam, kita harus melihat dari luar dan kembali
ke dalam untuk memperbaikinya. Dan perburuan tiket promo dimulai. Let's hunt!
Setelah berulang kali mencoba klik sana-sini
berjam-jam sambil emosi gara-gara koneksi down, cari-cari tanggal, menyesuaikan
dengan waktu yang pas, bahkan yang gak kalah penting menyesuaikan dengan isi
kantong mahasiswa, mata ini terhenti agak lama disebuah menu pilihan yang
benar-benar membuat mulut ini ingin berteriak sekencang-kencangnya.
YEAAAAAAAHHHH!! Promonya gilaaaaaa!! Ini Bangkok. Iya Bangkok.
Eh, btw Bangkok dimana sih? Bangkok itu disini (sambil nunjuk di peta). Bener
banget! Ini Bangkok ibukota Thailand, dan ini artinya luar negri!
Udah gak sabar berangkat, saking excited nya pas dini hari, lupa semua orang
pada bermimpi di alam bawah sadarnya.
Tapi euforia itu tak bertahan lama. Beberapa bulan, sebuah kabar
datang bahwa penerbangan Surabaya (SUB) - Bangkok (BKO) di cancelled
pihak maskapai karena ada beberapa teknis. Seperti mendadak hilang keseimbangan,
kebahagiaan di depan mata seketika lenyap. Berbagai cara ditempuh demi
mengembalikan uang yang sudah dibayarkan. Bulan berganti bulan, usaha kali
usaha berbanding dengan hasil nihil menemui tembok terjal. Saat hampir putus
asa, tiba-tiba hasil upaya refund tiga bulan membuahkan hasil. Saldo di
rekening bertambah! Dan itu artinya, kesempatan hunting tiket lainnya
terbuka lebar.
Entah kebetulan, atau memang Tuhan sudah
menyiapkan pengganti. Belum ada dua puluh empat jam setelah uang hasil refund berdiam
sejenak di rekening, tepat malam harinya terpampang nyata di layar kaca bahwa ada promo
lagi. Kali ini harus dapat, harus! Perjuangan kembali diadu melawan ratusan,
bahkan ribuan orang di luar sana yang mencoba peruntungan yang sama. Tak terasa
waktu berlari semakin kencang, tapi tak satupun tiket yang di dapat. Tiba-tiba
muncul sebuah menu pilihan yang sedari tadi di refresh, dan seketika membuat
mulut ini langsung berteriak. AKHIRNYAAAAAA!! Yap, perjuangan tak kenal lelah,
menghasilkan tiga buah tiket Surabaya (SUB) - Kuala Lumpur (KL)
PP cuma enam ratus IDR. Surabaya (SUB) - Medan (KNO) sekali jalan
aja bahkan lewat banget murahnya. Ini PP men!
Mau tahu gimana serunya kisah "gembel" di
negri orang? Mau tahu tempat-tempat menarik apa saja yang aku kunjungi disana?
Atau bahkan, mau tahu cerita-cerita yang mungkin selama ini terlewatkan untuk
diceritakan? Ikuti terus ceritanya, jangan sampai kelewatan ya. Masih akan ada
banyak cerita dari sudut pandang berbeda yang mungkin selama ini belum banyak
diketahui. Semoga dapat menginspirasi kalian semua, bahwa jalan-jalan itu gak
membutuhkan banyak uang. Sekali lagi, hanya gaya hidup yang membutuhkan banyak
uang. Dan ingat, akan selalu ada jalan untuk orang yang suka jalan-jalan. Jadi,
masih mikir kalau jalan-jalan itu butuh banyak uang?
Percayalah kawan, selama kamu punya mimpi dan
semangat kerja keras, semua itu tidak akan pernah sia-sia. Tidak ada yang tidak
mungkin, Travel is Possible.
Ajak-ajak lah mas kalo backpacking :))
ReplyDeleteOke komandan. Siap berangkat yo kalo diajak?
DeleteBudhal tok
ReplyDelete