Entah pikiran apa yang merasuki pikiran saat itu, saat sedang duduk di depan sebuah bangku di salah satu sudut bangunan gedung. Berdalih dengan memiliki sepatu gunung yang baru saja dikirim oleh adiknya yang berada di luar negri, seorang teman mengajak untuk naik gunung meskipun dia sendiri belum pernah naik gunung. Perasaan ragu sebenarnya datang menghampiri untuk mengiyakan ajakan ini. Bukan perkara meremehkan atau ada kendala lain yang membuat badan dan pikiran ini tak segera mengiyakan. Jauh sebelum hari itu, keinginan naik gunung di awal musim kemarau ini memang sudah mulai menggebu. Tinggal menunggu waktu yang pas pikirku kala itu.
"Hmmm, oke deh nanti saling kabari aja ya." Sahutku.
"Beneran lho ya, kemana aja aku ikut asalkan kita naik gunung." Dia membalas.
Berbagai ajakan sudah diutarakan ke beberapa teman yang sekiranya mau bergabung, tapi terkadang keadaan tak selalu mulus berbanding dengan angan. Sampai mendekati waktu yang telah disepakati akhirnya kami berlima yang siap untuk berangkat. Tujuan (bukan akhir) sudah kami tetapkan bersama, karena tujuan utama adalah pulang dan berkumpul kembali bersama orang-orang terdekat seperti sediakala. Logistik dan peralatan sudah dipersiapkan, dan berbekal dengan semangat yang menyala dan juga tak lupa dengan sebait doa yang kami panjatkan bersama, akhirnya kami berlima melangkahkan kaki. Memulai perjalanan panjang ini untuk suatu pengalaman yang tak akan mungkin kami lupakan kelak.
Waktu menunjukkan pukul delapan pagi saat perlahan kaki ini mulai menapak jalanan naik, masih di dominasi jalanan berpaving tapi dengan kemiringan hampir enam puluh derajat. Cukup menyambut kami dengan pemanasan sebelum menapaki jalanan yang terjal sesungguhnya. Perlahan namun pasti, jalanan berpaving rapi berubah menjadi tanah kering bercampur kerikil kecil. Tidak terlalu menanjak, namun cukup membuat tangan ini sesekali mengusap peluh dari keringat yang mulai bercucuran membasahi tubuh ini. Tak terasa papan penunjuk menampakkan diri di hadapan kami, dimana arah kiri ke Panderman dan arah kanan ke Butak.
Sesaat menghilangkan kepenatan dalam perjalan |
Pemandangan sepanjang perjalanan tak akan pernah membuatmu bosan kawan. Hijaunya ladang penduduk, birunya langit di ufuk sana, kicauan burung dan semilirnya angin yang menerpa ditambah dengan senda gurau dari sahabat, seakan membuat perjalanan ini (awalnya) menyenangkan. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Satu menit, satu jam, atau bahkan satu hari dari sekarang selama perjalanan ini berlangsung sampai kami semua kembali dengan selamat. Setelah melalui Pos Tiga, dan setelah tiga jam berjalan mempertemukan kami dengan percabangan jalan.
Kami terdiam. Tak ada petunjuk sama sekali di sini. Berdasar panduan dari notes yang sempat kami dapatkan dari salah seorang teman, kami mencoba mencocokkan jalur tersebut. Tapi rupanya tak sesuai, hingga akhirnya kamipun sepakat menentukan pilihan.
Kami terdiam. Tak ada petunjuk sama sekali di sini. Berdasar panduan dari notes yang sempat kami dapatkan dari salah seorang teman, kami mencoba mencocokkan jalur tersebut. Tapi rupanya tak sesuai, hingga akhirnya kamipun sepakat menentukan pilihan.
"Ini ambil yang lurus atau ke kanan?" Salah seorang teman bertanya.
"Lurus atau ke kanan kayaknya sama-sama ada jalan nih." Sambung temanku yang lain.
"Feeling gue ke kanan nih!"
Dan kamipun bergegas mengambil arah ke kanan.
Awalnya perjalanan terasa biasa, sampai akhirnya terasa jalanan semakin menyempit. Semak-semak terasa semakin menjepit. Pohon-pohon berdiri semakin rendah menabrakkan ranting dan cabangnya ke carrier dan badan kami. Satu jam kami berusaha membelah hutan yang nampaknya seperti tak berujung ini. Berusaha selalu mencari jalan setapak yang bisa dilewati untuk mengantarkan tubuh ini meninggalkan hutan belantara ini. Mengapa tak bertanya pada orang yang lewat? Percayalah kawan, tak ada seorangpun di sini, tak ada seorangpun yang bisa ditemui untuk sesekali diajak berdiskusi. Cuma kami berlima berdiri di sini, menentukan pilihan yang harus kami ambil untuk tetap bergerak maju.
***
"SROOOTT!!
Seketika kami terkejut saat salah seorang dari teman kami terperosok ke tepian jurang! Langsung saja dengan sigap, aku coba ulurkan tangan ini untuk menahannya agar ia tidak jatuh semakin jauh. Ya andai kalian tahu, hanya beberapa meter di bawahnya sudah ada semacam genangan air menganga. Entah apa jadinya kalau dia tercebur kesana. Jalanan licin dan gelap meskipun di siang hari, ditambah semak belukar yang terjal membuat perjalanan ini tak ubahnya menembus ketakutan. Kami harus tetap survive!
Kaki sudah mulai goyah, badan sudah mulai lemas saat keringat turun perlahan membasahi tapi perjalanan seperti tak berujung. Hingga akhirnya kami menemukan jalan setapak besar, yang setelah kami lihat ternyata ini jalan yang sebenarnya yang harus dilalui. Jadi intinya tadi sempat kesasar sedikit. Sial! Jalanan sudah mulai jelas, tapi lagi-lagi jurang mengancam. Ada teman kami yang terperosok lagi. Trek kali ini parah! Perlu ekstra waspada kalau kalian gak ingin mengalami kejadian buruk di sini. Berulang kali berpegangan, berulang kali terperosot. Berulang kali mengangkat beban di punggung, namun berulang kali pula beban terasa menjadi lebih berat.
Sampailah kami di Pos Empat. Tidak istimewa, hanya sebuah persimpangan tanpa penunjuk yang jelas. Kami ambil jalan setapak yang kecil dan bergegas melanjutkan perjalanan. Tak terasa perjalanan menuju ke Pos Lima sangatlah panjang. Empat jam tiga puluh menit, waktu yang kami butuhkan untuk sampai di Pos Lima. Bukan waktu yang sebentar jika dihabiskan di tengah belantara hutan seperti ini. Selesai istirahat, Cemoro Kandang sudah menanti di depan. Semak ilalang tinggi ditambah dengan tumbuhan cemara siap menghadang kami menuju ke Pos Enam.
Bukan hal yang mudah melewati ini semua. Mengalahkan setiap ego kami masing-masing, untuk tetap bertahan tanpa meninggalkan teman kami. Mengalahkan rasa capek yang sedari tadi datang menghampiri. Mengalahkan rasa takut akan semakin dekatnya malam. Belum lagi kabut yang sudah mulai menggelayuti di atas kepala kami. Hujan! Gerimis pun akhirnya datang tanpa permisi, membuat pertanda seakan kami harus bergegas melangkahkan kaki ini untuk sampai lebih cepat di Sabana. Tak ada pilihan berteduh, karena akan membuat badan ini lepas kendali di tanjakan yang menanjak dari awal masuk Cemoro Kandang.
"Mas, Sabana masih jauh?" tanyaku ke salah seorang pendaki yang akhirnya kami temui.
"Oh, dua puluh menit lagi dari sini." Dia menyahut.
Semangat kami yang sedari tadi luntur ditelan gelapnya malam, akhirnya kembali lagi mendengar perkataan seperti itu. Percayalah, menerjang gelapnya malam di gunung ini bukan suatu pilihan yang baik. Dingin, gelap mencekam, kabut, ditambah rintangan semak belukar dan jalanan berlubang membuat perjalanan ini dua kali lebih susah daripada saat siang hari. Tak kami hiraukan semuanya itu, hanya semangat dan juga sisa-sisa dari tenaga kami yang pasti bisa membawa kami sampai di Sabana.
***
Sabana!! Tepat pukul enam sore kami sampai. Itu berarti total sudah sepuluh jam kami berjalan dari Pos perijinan tadi. Sepuluh jam tanpa lelah kami berusaha berjuang mengalahkan diri kami sendiri, menantang kami untuk bisa melalui setiap rintangan yang ada. Sedikit waktu yang kami punya, mulai membangun tenda, mengambil air, hingga menyiapkan makan malam. Nampaknya malam akan semakin dingin menusuk tulang, saatnya kami bergegas masuk ke dalam tenda masing-masing dan mempersiapkan diri esok menuju puncak.
Sabana saat siang hari |
Percayalah, di luar sana banyak keindahan alam yang menunggu |
Capture the good times |
Dingin yang semakin menjadi di awal pagi hari itu, membuat tubuh ini enggan meninggalkan sleeping bag. Persiapan sudah dilakukan, tak lupa sebait doa ditengah dinginnya gelap, kami melangkah menyusuri jalanan untuk menggapai puncak. Summit attack! Kemiringan hampir enam puluh derajat ditambah dengan jalanan licin berupa tanah basah menjadi pemandangan yang tak terelakkan sepanjang kurang lebih satu jam. Ini jadi bagian terberat setelah perjalanan sepuluh jam mencapai Sabana. Tak ada pilihan selain bergegas sebelum warna semburat bercahaya menampakkan dirinya di ufuk timur sana.
Bulan masih enggan pergi saat Mentari akan muncul |
Sedikit lagi, sedikit lagi dia menampakkan dirinya |
Gunung Arjuno dan Welirang berpadu dengan lautan awan |
Perjuangan panjang hingga tetes keringat bercucuran membuahkan hasil
pagi itu. Ya di sinilah aku berdiri di ketinggian dua ribu delapan
ratus enam puluh delapan meter di atas permukaan laut. Di sebuah Puncak Gunung Butak, yang dikenal memiliki trek lumayan panjang. Memandang suatu
lukisan alam yang sangat luar biasa yang sulit diucapkan dengan
kata-kata. Menikmati sebuah karya yang sudah disiapkan oleh Sang Pencipta. Tak ada kata selain bersyukur dan tak ada sikap selain
berhati-hati. Sekali lagi, puncak itu bonus, perjalananlah yang mengajarkan
kita banyak hal.
Remember happines is a way of travel not a destination |
Waktu seakan memperingatkan kami untuk segera turun kembali ke Sabana. Dingin yang
menyelimuti semakin menjadi, dan anginpun semakin kencang berhembus.
Perjalanan turun menuju Sabana tak ubahnya ujian lagi. Semakin licin dan semakin terjal. Berupaya berpegangan di akar pohon, dan juga ranting terdekat. Mencoba selalu berhati-hati dalam setiap langkah yang kami ambil. Sabana mulai nampak, setelah sampai Sabana kami bergegas makan pagi sembari membuat secangkir minuman hangat, dan juga merapikan tenda sebelum bergegas
untuk turun.
Cobain ngopi di gunung, sempurna! |
Sang mentari sudah naik semakin tinggi, udara semakin panas. Saatnya kami bergegas untuk turun gunung. Menapaki kembali jalan terjang yang masih belum selesai. Seutas doa kami panjatkan, dan seucap salam kami tinggalkan untuk
pendaki lain, untuk gunung yang indah ini, dan untuk karya Sang Pencipta luar biasa yang masih sempat bisa kami lihat. Semoga kami masih diberi kesempatan menikmati karya-Mu yang
lain, agar senantiasa kami selalu bersyukur dan tetap rendah hati. Sekarang saatnya menuju tujuan utama, rumah.
In the end, we only regret the chances we didn't take |
PS: Kalau dipikir, sepuluh jam perjalanan ke Gunung Butak sama aja jalan kaki Malang-Kabupaten Blitar! Secara gunung ini juga berada di perbatasan Wlingi, Kabupaten Blitar.
Special thanks to: Ridwan, Gembul, Dwi, and Teza. Proud of you guys!
Mantaaapp!
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung Ger!
DeleteGunung Butak emang masih belum maintsream dan serame gunung-gunung lainnya. Mungkin karena emang treknya susah banget ya?
ReplyDeleteMasih sepi bersih pula, tapi harus melewati trek yang emang butuh perjuangan. Silahkan langsung dicoba :)
Deletedenger-denger kalo mau ke puncaknya musti bawa guide warga sekitar yg udah hafal treknya?
DeleteTreknya emang susah dan gak ada petunjuk, tapi bisa kok tanpa guide
Deletewah keren nih, enak suasananya sepi tenang, tapi treknya pasti sulit sekali ya.
ReplyDeleteSulit bukan berarti gak bisa kok :)
DeleteTerimakasih sudah berkunjung
bagus banget pemandangannya. itu ceweknya tangguh banget yah.
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung ya, itu ceweknya punya kebiasaan kayak cowok jadi kelihatan tangguh hahaha.
Deletefotonya keren bang.. tapi sayang kita gak ketemu disana bang :D
ReplyDeleteLho kesana juga? Salam kenal :)
Deletewow keren pemandanganya :D
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung :)
DeletePengalaman saya lebih pahit bro,pergi dan pulang sama" malem hari,apa lagy banyak temenku yang baru pertama kali naik gunng
ReplyDeleteWah sabar ya Romy, selalu banyak cerita di setiap pendakian
DeleteJangan kapok aja pokoknya hehehe
Yang pingin ke MT Butak, bisa hubungin ane Gan…
DeleteMasih belum banyak yang menjamah… Masih alami banget
087771020029 atau 085649673823
Maaf sebelumnya, jika ingin mencantumkan info jasa harap menghubungi kontak yang tersedia di atas terlebih dahulu untuk konfirmasi. Terimakasih
DeleteKereen banget kak
ReplyDeleteTerimakasih Etik :)
DeleteKereen banget kak
ReplyDeleteBoleh dicoba nih,,,?? Persimpangan terakhir harusnya kekiri ato tetep kekanan kak,,?? Mohon infonya??
ReplyDeleteAmbil jalan yg besar dan ada jejak kaki ya Fadilah
DeleteSeru bang . tapi inget gaess. Puncak bukan segalanya. Keselamatan lah yang segalanya..
ReplyDeleteAda rencana kesana (gnng butak) nih tgl 28 (imlek). Mungkin bisa barengan?
Seru bang . tapi inget gaess. Puncak bukan segalanya. Keselamatan lah yang segalanya..
ReplyDeleteAda rencana kesana (gnng butak) nih tgl 28 (imlek). Mungkin bisa barengan?
Terimakasih sudah mampir ya :)
DeleteSemangat muncaknya
Wow.. Pengalaman yang luar biasa.. Mohon ijin mengunduh foto untuk dekstop wallpaper?
ReplyDeleteMonggo kak, silahkan :)
Delete