Kenangan yang Menawan di Kenawa

Selamat Tahun Baru 2015! Tak terasa kita sudah memasuki tahun yang baru, tentu dengan harapan dan semangat yang baru pula untuk mengawali tahun ini. Perjalanan awal tahun ini aku buka dengan cerita dari sebuah pengalaman yang mungkin menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Semoga bisa menginspirasi kalian juga dimanapun kalian berada. Ok, let's go!


Mimpi ini berawal dari satu setengah tahun lalu, saat mataku terhenti di suatu video berjudul wonderland kenawa dari twitter forum Backpacker Info di bawah ini. Tak butuh waktu lama untuk aku menyaksikan dan jatuh hati pada tempat ini. Dengan tekad dan keinginan yang tinggi untuk segera menjejakkan kaki disana, berburu tiket promo pun aku lakukan hingga mendapatkan rute Lombok sampai Surabaya hanya empat puluh lima ribu rupiah. Tapi sayang, kesempatan yang sudah di depan mata harus aku relakan karena ada sesuatu yang sangat mendadak yang gak bisa ditunda. Tiket pun aku jual ke temanku saat itu. Sedih memang, tapi Tuhan pasti punya maksud lain. Mimpi itu aku simpan lagi, hingga akhirnya waktu tak terasa telah berjalan satu tahun.


Ya tepat di bulan yang sama dimana seharusnya satu tahun lalu aku berangkat, kini aku telah bersiap dengan segala perlengkapan dan tekad. Backpack sudah dipunggung, kondisi badan sudah dijaga tetap fit, rute perjalanan sudah di tangan, dan tak lupa sebait doa aku lantunkan untuk mengiringi perjalanan ini. Bersama teman ku Ang, akhirnya kami berangkat menuju timur, mencoba mendekat ke arah mimpi kami. Mungkin ini bakal menjadi perjalanan panjang yang belum pernah aku alami sebelumnya, tapi apa salahnya mencoba? “You will never know until you try. Never stop trying. Your miracle will come in undefined moments.” - Lailah GiftyAkita

 
Kira-kira tiga puluh enam jam lamanya, aku dan Ang menghabiskan waktu di perjalanan. Lama memang, tapi banyak pelajaran yang kami dapat selama di perjalanan. Mulai gelesotan di jalanan, di emperan toko, di emperan halte atau terminal untuk menunggu bus, berlari-lari berjuang menaiki kapal, berdesakan di angkot, hampir ricuh dengan calo di terminal Lombok gara-gara dipaksa naik sampai tas pun ditarik-tarik, mandi dan tidur di Pelabuhan Kayangan Lombok Timur hingga akhirnya bisa dengan santai duduk di atas sampan nelayan yang mengantarkan aku dari Pelabuhan Pototano, Sumbawa Barat menuju ke Pulau Kenawa. Cukup lima belas menit untuk mencapai pulau ini.

Gunung Rinjani, selayang mata memandang saat menyeberang dari Lombok menuju Sumbawa

 
Pulau Kenawa ini terletak di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, berbeda dengan saudara kembarnya Pulau Kanawa yang terletak di Flores. Mungkin perlu ditekankan sekali lagi juga, Sumbawa ini bukan Sumba. Sumbawa berada di Nusa Tenggara Barat, dan Sumba berada di Nusa Tenggara Timur. Pulau ini kosong tak berpenghuni, jangan harap menemukan listrik, MCK, air bersih, makanan, maupun tempat tidur di sini. Hanya padang rumput ilalang disertai angin badai kencang yang tak berhenti berhembus berpadu dengan bale-bale seperti gubug kecil yang bisa dibuat istirahat maupun tidur dan di lengkapi dengan satu bukit menjadi pemandangan nyata di pulau ini. Air laut berwarna hijau tosca dan anjungan dari kayu rapuh menambah kesan tempat ini jauh dari peradaban namun eksotis.




Menginjakkan kaki pertama kali di Pulau Kenawa, tak henti-hentinya berdecak kagum. Berdiri di anjungan sambil melihat jauh di depan mata Pulau Sumbawa, menoleh ke belakang tampak padang rumput ilalang beserta bukit yang sedari tadi sudah mencuri perhatian. Tanpa pikir panjang, saatnya berlari menuju bukit sambil menunggu sunset! Saat itu ada rombongan dari Jakarta yang kebetulan juga bermain ke pulau ini. Ternyata hingga sore hari pun, tak ada rombongan lain yang datang. Mendadak malam hari menjelang, setelah mengabadikan beberapa moment dari puncak bukit kecil yang bisa di tempuh hanya lima belas menit ini tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya disertai angin badai yang semakin kencang. Alhasil, cuma bisa berdiam diri berbekal satu senter hingga akhirnya terlelap menunggu pagi. Impian melihat dan mengabadikan milky way pun, harus dipendam lagi.

Pemandangan dari puncak bukit, bisa kelihatan semua dengan jelas dari sini

Banyak orang yang merasakan senja, tapi sedikit yang menikmatinya

 
Tak terasa bunyi alarm panjang membangunkan badan ini dari mimpi. Kulangkahkan kaki keluar menyusuri Pulau Kenawa di pagi hari. Sepi, sunyi, dan dingin. Sang mentari masih malu-malu untuk menampakkan raut mukanya ke semesta. Perlahan kaki ini berhenti di tengah perjalanan, hingga akhirnya di tepian rumputlah aku merebahkan tubuh ini. Badan tak mau bergerak, udara dingin berselimut kabut dibumbui belum adanya asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh membuat tubuh ini lemas semakin enggan beranjak. Perlahan kuberdirikan tubuh ini untuk segera menuju ke bale-bale, niat hati untuk segera membuat sarapan di pagi hari ini. Tiba-tiba saja, ada suara membuyarkan lamunan.

"Hei! Diam saja di situ, ayo ke anjungan. Kita mau snorkeling." Terdengar suara seorang kawan dari Jakarta.
"Kita gak bawa peralatan nih, sorry bro. Udah kalian aja yang main-main di laut." Sambungku.
"Lho, tenang aja. Pakai aja peralatan kami, ini kami bawa peralatan lebih dari Jakarta kok." Imbuh salah satu dari mereka.

Tanpa pikir panjang lagi, sekali lagi Tuhan memberikan kebaikannya lewat tangan-tangan orang di sekeliling untuk melihat lukisan alam laut di Pulau Kenawa. Pulau yang terletak di 116˚ 49’ 98” BT dan 08˚ 29’ 55,18” LS ini memiliki keindahan yang luar biasa pada sisi bawah lautnya, jadi jika hendak mengunjungi pulau kecil nan indah ini persiapkan peralatan untuk menikmati keindahan bawah lautnya, minimal peralatan snorkeling, untuk menikmati keindahan terumbu karang pulau ini yang mempunyai luas mencapai 34.600 m². Keanekaragaman softcoral langsung menyapaku di kedalaman hanya satu sampai dua meter saja dari permukaaan laut. Ada nemo berkeliaran juga nih.


 
Tak terasa sang mentari sudah berdiri tegak hampir sembilan puluh derajat, meskipun awan masih setia menutupinya tapi tak bisa dipungkiri waktu sudah hampir siang. Seakan dari kejauhan, sampan kayu sederhana yang menjadi kendaraan pribadi siap mengantar kembali ke Pelabuhan Pototano. Dengan langkah gontai, kulangkahkan kaki ini meninggalkan bibir pantai. Merapikan semua perlengkapan kembali ke rumah mereka, melantunkan sebait doa, dan tak lupa memberikan salam perpisahan kepada kawan baru kami enam orang dari Jakarta dan teristimewa untuk Pulau Kenawa. Selamat tinggal, terimakasih sudah menunjukkan aku salah satu lukisan alam Indonesia dari Sang Pencipta. Semoga jika ada kesempatan, kita mampu bersua kembali di lain waktu.
 

11 komentar:

  1. Nice pic....
    Its like one of million heaven on earth...
    Private island feel sooooo peaceful :)
    Ijo royo royo..

    ReplyDelete
    Replies
    1. A little piece of heaven at West Sumbawa especially
      Rumput ijonya, emang paling bisa buat betah di sana

      Delete
  2. wew sudah hijau ilalangnya sekarang...
    kemarin saya kesana masih kering... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hijaunya cuma kalau mendekati musim penghujan nih :)

      Delete
  3. hi mas infonya dong, habis berapa ke Sumbawa dan pakai transportasi apa saja dari jakarta sampai ke Kanawa dan kalian gak pakai penginapan?

    ReplyDelete
  4. hi mas infonya dong, habis berapa ke Sumbawa dan pakai transportasi apa saja dari jakarta sampai ke Kanawa dan kalian gak pakai penginapan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo salam kenal Mery, waktu itu habis kurang dari 1 jt untuk 6 hari
      Untuk info lebih lengkap itinerary dan rincian budget bisa kontak lewat email ya
      Terimakasih sudah berkunjung :)

      Delete
    2. Info apa aja nih? Boleh bisa langsung kontak di bio atas ya

      Delete

Sebelum pergi jangan lupa tinggalkan komentar, kritik, saran, dan share juga ke temen kalian ya. Apresiasi sekecil apapun bisa jadi punya pengaruh yang sangat besar bagi pembaca lain dan juga blog ini ke depannya. Terimakasih sudah mampir dan membaca :))

 

Loyal Followers

Backpacker Indonesia

KBMR